My NLPs Journey

Belakangan ini NLP semakin banyak di kenal oleh masyarakat luas Indonesia, walapun dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia tentu saja masih tergolong sangat sedikit. Saya secara pribadi sangat senang bahwa semakin banyak orang Indonesia yang mulai belajar NLP karena memang misi saya adalah memperkenalkan dan menyebarluaskan NLP agar semakin banyak orang Indonesia belajar NLP yang telah banyak membantu jutaan orang di dunia. Dengan harapan tentunya agar bisa membawa manfaat buat bangsa tercinta ini. Itu adalah salah satu misi saya yang sampaikan ke guru saya Robert Dilts dan Judith Delozier.

Saya sering ditanya ketika ketemu orang-orang yang mau ambil training NLP, mereka bertanya, bagusnya ambil yang mana? Katanya ada beberapa aliran ya. He he he…saya dengarnya pun dengan tersenyum-senyum sambil candain emangnya kungfu pakai aliran segala.  Kalaupun beberapa trainer mengambil sertifikasi dari guru yang berbeda-beda, itu semua adalah pilihan masing-masing yang dianggap cocok dalam berbagai aspek baik secara content materi, biaya dll Pada dasarnya teknik-teknik NLP yang diciptakan mempunyai standard dasar dalam penerapannya artinya sudah ada standard baku sebuah teknik terdiri dari langkah apa saja yang harus dilakukan. Kecuali ada materi yang dipunyai guru tertentu dan tidak dipunyai oleh guru yang lain, dengan demikian itu adalah pilihan Anda yang mana Anda merasa paling cocok dengan Anda.

Seperti saya, mengapa saya memilih mengambil training dari Master Practitioner sampai NLP Master Trainer dengan Robert Dilts? Dari pengamatan saya, Robert Dilts benar-benar mencurahkan seluruh hidupnya untuk mengembangkan NLP, dia adalah NLP Developer yang terus mengembangkan tool-tool baru karena manusia terus mengalamai evolusi, tentunya ilmu NLP juga berkembang sesuai dengan perkembangan dunia. Dialah yang membawa Generasi Ketiga NLP.  Dan dari apa yang saya cek dari web bahwa untuk mendapatkan sertifikasi Practitioner maupun Master Pracititioner, harus memenuhi standar international yaitu 120 jam. Dan kualifikasi yang disyaratkan itu ada di NLP University – Santa Cruz tempat saya belajar.

Pertama kali saya mengambil NLP Practitioner dengan Tad James di Australia, tepatnya di kota Sydney bulan Mei 2006. Setelah mengikuti NLP Practitioner, rasa penasaran saya sangat besar, kepengen tahu lebih banyak mengenai NLP, maka di tahun yang sama tepatnya bulan Juli saya terbang ke tempat lahirnya NLP yaitu Santa Cruz untuk mengikuti NLP Master Practitioner bersama Robert Dilts dan Judith Delozier.  Mereka sangat terkesan karena saya merupakan satu-satunya wanita dari Indonesia sejak NLP University berdiri, yang datang jauh-jauh untuk menimba ilmu.

Tahun berikutnya 2007, saya kembali ke Santa Cruz untuk mengambil NLP Trainer. Saat itu juga saya masih merupakan satu-satunya wanita dari Indonesia. Dan saya katakan kepada mereka, semoga ke depannya ada wanita-wanita lain dari Indonesia yang datang kesana.
Setelah mendapatkan sertifikat NLP Trainer, saya tidak serta merta langsung memberikan sertifikasi NLP Practitioner. Bagi saya, sebelum saya memberikan sertifikasi kepada orang, saya perlu mengalami proses penerapan yaitu lewat coaching dan therapy yang saya lakukan. Kalau cuma sekedar mentransfer ilmu dari apa yang didapat rasanya kurang mantap jika tidak disertai dengan pengalaman pribadi dengan berbagai contoh kasus yang sudah dialami. Salah satu quote yang saya dapat dari Robert Dilts adalah ’Knowledge is only a rumor until get into your mucle” bahwa ”pengetahuan itu hanyalah sebuah rumor sampai masuk ke otot-otot Anda”. Untuk sampai masuk ke otot, tentunya harus dipraktekan.

Setelah setahun yaitu 2008, barulah saya mulai memberikan sertifikasi NLP Practitioner  batch pertama bersama partner saya Tom dari Singapore.

Tahun 2010 untuk pertama kalinya NLP University memberikan sertifikasi NLP Master Trainer, bersama dengan puluhan NLP Trainer dari berbagai negara kami belajar dan mendapatkan sertifikasi tersebut dan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya karena merupakan orang Pertama dari Indonesia yang mendapatkan sertifikasi tersebut. Rasa bangga saya semakin bertambah dan dengan mengucap puji syukur saya mendapat kepercayaan dari Robert Dilts dan Judith Delozier untuk berafiliasi dengan mereka. Bagaimana saya tidak bangga, sejak NLP University berdiri 18 tahun yang lalu, saya merupakan orang kedua dari seluruh dunia yang mendapatkan afiliasi  tersebut setelah Hongkong. Tidak semua NLP Trainer lulusan NLP Universtiy akan mendapatkan afiliasi secara otomatis. Inilah yang perbedaan yang membedakan. Ada value, integritas dan relationship yang menjadi pertimbangan.

Bicara mengenai integritas, saya pribadi sangat menjaga integritas. Dengan berafiliasi dan menjadi Authorized Trainer, saya mendapatkan izin/permission untuk menggunakan semua materi NLP Practitioner dan Master Practitioner dan mengajarkan training tersebut kepada peserta training saya. Bagaimanapun ini adalah hak intelektual property yang harus dihargai dan merupakan copy right mereka.  Karena saya berafiliasi tentunya juga harus memenuhi standard kualifikasi yang disyaratkan. Untuk itu training sertifikasi NLP Practitioner dan Master Practitioner di tempat saya merupakan yang terpanjang yang ada di Indonesia. Seperti yang saya ceritakan di atas, bahwa standard international untuk menjadi seorang praktisi harus memenuhi 120 jam, lagi pula bagaimana memberikan sebuah sertifikasi dalam waktu hanya 5 – 7 hari dengan materi yang begitu komprehensif dari NLP University? Secara biaya tentunya semakin panjang hari akan semakin tinggi, itu hitungan yang sangat wajar. Namun itu akan menjadi worhted/setimpal ketika Anda benar-benar datang mengikuti training dan mengalami transformasi diri. Semuanya adalah pilihan, seperti ketika saya memilih untuk belajar dari Robert Dilts. Seperti yang dikatakan oleh salah satu peserta saya yang mengambil NLP Practitioner, dia baru tahu materi dari Robert Dilts sangat lengkap karena ketika dia sharing dengan peserta dari tempat lain, banyak hal yang tidak didapat. Dan karena Robert Dilts adalah seorang NLP Developer, setiap dua tahun selalu ada penambahan materi baru. Itulah perbedaan yang membedakan yang membuat saya semakin jatuh cinta untuk kembali ke NLPU.

Dengan misi saya, saya ingin terus berkarya memberikan manfaat bukan hanya kepada orang dewasa tapi juga  kepada anak-anak. Mereka adalah harapan bangsa, generasi penerus kita, kepada mereka masa depan bangsa ini berharap menjadi bangsa yang bermartabat. Hal inilah yang mendorong saya untuk memberikan training dan coaching kepada anak-anak, agar mereka bisa menemukan dan memberdayakan seluruh potensi yang sudah dianugrahi oleh Tuhan untuk menjadi anak yang berkualitas.